TATA NILAI PERAWAT CARE, EMPATHY, ALTRUISM

Memiliki pekerjaan sebagai perawat terkadang selalu dipandang sebelah mata. Stigma masyarakat  di Indonesia yang menilai perawat itu sebagai “pembantu” dokter yang jutek, ketus, dan tidak ramah masih saja melekat. Padahal, perawat itu sebenarnya adalah pekerjaan yang sangat mulia. Perawat merawat pasien 24 jam non stop yang harus mengetahui setiap perkembangan dari pasien. Bahkan sering ada pepatah bahwa “Nurses are angels in comfortable shoes”. Itulah yang membedakan profesi perawat dengan profesi kesehatan lainnya. Ketika bekerja di institusi kesehatan, peran seorang perawat adalah melakukan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan kepada klien. Perawat juga harus melihat klien sebagai manusia yang holistik (utuh) dan unik dan menjadikan klien sebagai sentral dalam melakukan asuhan keperawatan. Ada 3 dasar filosofi dalam keperawatan yaitu humanism(manusiawi), holistic(utuh) dan care. Dalam melakukan hal tersebut, perawat harus memiliki sikap dan tata nilai perawat yang dapat mendukung dalam pemberian asuhan dan pelayanan kesehatan pada pasien.

Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu , profesi dan masyarakat. Perawat setiap hari ditantang dalam hubungan dan pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh nilai tersebut. Praktisi keperawatan mencari dan menghadapi tantangan tersebut dengan perspektif yang jelas dan tindakan terarah.

Tiga orang penulis mengenai nilai (Kluckhohn, 1951; Maslow, 1959; Rokeach, 1973) menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide, tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyusun suatu standar yang mempengaruhi tingkah laku. Tata nilai perawat adalah aturan-aturan yang membatasi peran, perilaku, dan etika seorang perawat. Sebagai seorang perawat harus mentaati dan mengembangkan nilai-nilai yang telah berlaku. Pemahaman akan nilai sangat dibutuhkan dalam proses memberikan asuhan keperawatan karena nilai adalah dasar bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan dan tindakan itu menjadi suatu standar untuk melakukan tindakan-tindakan selanjutnya. Jika seseorang memiliki nilai tertentu, maka ia secara pribadi dipilih, ditafsirkan, dibenarkan, dan diutamakan lebih tinggi dari yang lain.

Uustal (1992) merangkum elemen umum dalam definisi nilai. Pemilaian memiliki penilaian kognitif, selekif, afektif, dan tindakan. Seseorang berpikir, memilih, merasa dan bertindak berdasarkan kepentingan nilai pribadi. Nilai individu merefleksikan kebutuhan personal, budaya dan pengaruh sosial, serta hubungan dengan orang tertenru. Nilai-nilai berhubungan satu sama lain serta membentuk sistem nilai.

Nilai dapat dipelajari melalui observasi, pertimbangan dan pengalaman (Hamilton, 1992). Seorang individu akan mengobservasi tingkah laku dalam lingkungan tertentu dan mencatat respons yang dihasilkan. Tingkah laku yang berhasil atau produktif kemudian akan dapat diadopsi sebagai panduan untuk melakukannya. Nilai dipelajari dan dikembangkan seumur hidup. Nilai menjadi bagian dari sosialisasi individu. Ketika anak-anak mengamati orangtua, keluarga dan teman, mereka menerima tingkah laku yang akan membentuk dasar sistem nilai mereka.

Pembentukan kejujuran merupakan salah satu contohnya. Jika ketika ujian seorang anak melihat teman-teman di lingkungannya belajar dengan tekun, rajin dan ketika ujian jujur, maka secara tidak langsung anak tersebut akan rajin, tekun dan jujur. Namun sebaliknya, jika teman-teman di lingkungannya malas belajar, tidak jujur saat ujian. Maka, anak tersebut pun akan mengikuti apa yang di lakukan oleh teman-temannya.

Tata nilai yang harus dimiliki seorang perawat adalah:

  1. Care
  2. Empathy (Empati)
  3. Altruism (Altruisme)

I.                    Care

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring adalah bagian utama yang melandasi keperawatan. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh, tindakan dalam bentuk prilaku caring seharusnya diajarakan kepada manusia sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dengan meninggal. Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakan-tindakan keperawatan, menurut Watson,(2002) dalam Dwidiyanti (2007). Jadi, caring merupakan suatu tindakan atau perilaku berupa kepedulian, menghormati serta memberikan dukungan kepada orang lain.

Esensi caring menjadi fondasi bagaimana seharusnya perawat memperlakukan sesama manusia (termasuk pasien/klien) dan diri sendiri. Caring dalam keperawatan menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson, 1985). Proses yang manusiawi dalam menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukannya upaya pemenuhannya dengan kehangatan, kebaikan dan rasa kepedulian. Perilaku caring sebagai kunci dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang prima (Supriyantoro, 2012).

Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien (Florence Nightingale, 1860).

Definisi berikut ini juga disampaikan oleh Virginia Henderson dan diadopsi oleh International Council of Nurses (ICN) (1973) bahwa fungsi unik dari keperawatan adalah membentuk individu, baik sehat maupun sakit, yang ditampilkan dengan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan, penyembuhan suatu penyakit, ataupun untuk memberikan keamtian yang damai di mana klien akan dapat melakukannya tanpa dibantu bila ia memiliki kekuatan keinginan dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dan semua dilakukan untuk membantu klien mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring:

1. Faktor Keluarga

20120626_eunhyuk5

Keluarga merupakan pendidikan pertama seorang anak, dimana dalam keluarga peran orang tua mampu memberikan pendidikan kepedulian terhadap orang lain. Keluarga tetap merupakan sumber daya yang paling menonjol tersedia bagi kebanyakan orang yang membutuhkan perhatian.

Kegagalan dalam keluarga pun dapat menjadikan permasalahan dalam perkembangan anak yang akan tumbuh dewasa.

     2.  Faktor Keadaan Sosial

Picture1

Tidak semua keluarga dan tetangga bersedia atau siap untuk memberikan dukungan, pengertian, dankasih sayang bagi orang yang membutuhkan perawatan mungkin memerlukannya. Orang yang terkena mungkin sama terisolasi dan sendirian di rumah dengan keluarga atau teman-teman dekat karena jika keluarga dan teman-teman kembali jauh. Dalam situasi ini, beberapa orang tua dan anak-anak dapat diabaikan bahkan dilecehkan. (Rodriques et al,1996.).

Organisasi sukarelawan Relegius dan lainnya dapat memberikan dukungan dan kepedulian yang diperlukan bagi mereka yang sendirian: misalnya, jemaat agama dan menteri rohaniwan untuk mendukung rasa caring bagi mereka dalam masyarakat yang yang membutuhkannya. (Cluff dan Cluff, 1983)

3. Faktor Keadaan Pelayanan Kesehatan Modern

clinic_06

Kemajuan dalam ilmu kedokteran dan teknologi telah meningkatkan peran obat untuk meringankan dan menyembuhkan penyakit, baik akut maupun kronis. Tetapi, mendengarkan kasih sayang, dan dukungan bagi pasien dan keluarga masalah di kantor dokter, klinik, dan rumah sakit. Adanya perubahan dalam organisasi, pembiayaan dan pemberian perawatan medis, dan laboratorium modern teknologi diagnostic dan terapeutik, memiliki efek besar pada kesempatan dan waktu yang tersedia untuk dokter untuk memberikan dukungan, kasih sayang, dan pemahaman bahwa pasien yang paling membutuhkan dan ingin menerima. Banyak dokter ingin memberikan perawatan belas kasih untuk pasien mereka, akan tetapi urgensi praktek medis ini sering membuat hal ini menjadi mustahil. Perawat, pekerja sosial, dan perawatan kesehatan lainnya profesional yang bekerja di kantor-kantor dokter, klinik, rumah sakit, yang lebih mampu memberikan dukungan kepada pasien.

4.Faktor keadaan ekonomi

Picture2

Keadaan ekonomi baik individual dan kolektif dapat membatasi akses kepedulianya itu nilai ambang. Di dalam keluarga kelas menengah atas pun, faktor ekonomi membatasi penyediaan kuantitas dan kualitas kepedulian mereka. Bagi pekerja mungkin sulit untuk memberikan rasa caring secara langsung kepada keluarga. Mungkin disebabkan oleh beberapa faktor dalam pekerjaanya.

Aspek utama caring meliputi (mayeroff, 1972): pengetahuan, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, penggantian irama, kerendahan hati, harapan, keberanian.

1 (3)

Contoh dalam kehidupan sehari-hari, ketika seorang teman sedang sakit. Namun sakitnya tidak begitu parah misalnya flu. Terkadang kita acuh terhadap kondisi teman kita itu. Apalagi jika baru menjajaki masa perkenalan, hampir semua dari kita masih bergantung pada teman-teman lama dan rasa kepedulian antar teman belum terbangun. Karena menurut hasil penelitan seorang mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad (Eka Yulianti, 2012) dari 82 responden angkatan 2009, 2010, dan 2011 menyatakan 52 positif dan 30 negatif, sikap caring positif lebih banyak ditunjukkan mahasiswa angkatan 2009 dibandingkan angkatan 2010 dan 2011. Pengalaman pendidikan lebih lama, sikap caring lebih kuat.

Namun, apabila dari setiap individu telah dibangun rasa dan sikap caring dari sejak dini, kasus ini tidak akan terjadi. Karena sudah terlatih dan terbentuk rasa dan sikap caring dari individu itu sendiri. Melihat sekarang merupakan era globalisasi, sikap individualistis lebih terlihat dibandingkan dengan sikap caring. Maka dari itu, marilah membangun rasa dan sikap caring, khususnya untuk seorang perawat yang memiliki dasar membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan prinsip caring.

II.                  Empathy (Empati)

Empati adalah berusaha menempatkan diri pada seseorang yang bersangkutan sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang besangkutan tersebut. Empati berbeda dengan simpati, sikap melibatkan perasaan terhadap sesuatu hal, sehingga tidak dapat lagi berfikir objektif merupakan sikap simpati yang tidak seharusnya dimiliki oleh perawat.

Empati adalah kemampuan untuk mencoba memahami dan memasuki kerangka refleksi klien (Haber et al, 1995). Empati adalah memahami, merasakan dan membagi saran kepada klien dimulai dengan masalah yang sedang dihadapi klien. Sangat adil, sensitif,dan objektif dalam menilai pengalaman dan permasalahan orang lain. Empati juga membantu klien untuk mencurahkan perasaannya dan menjelaskannya sehingga pemecahan masalah dapat didapatkan. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat.

obgyn-behind-the-scene2

Daniel Goleman (1997: 136), “Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain”. Empati merupakan akar kepedulian dan kasih sayang dalam setiap hubungan emosional seseorang dalam upayanya untuk menyesuaikan emosionalnya dengan emosional orang lain. Menurutnya kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non-verbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya

Dengan menunjukkan perasaan empati, klien akan merasa terbantu psikisnya, karena pada dasarnya, klien datang ke rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik dan pasti memliki beban di dalam pikiran juga hatinya tentang keadaan dan situasi yang akan dihadapi di masa mendatang. Dengan begitu, diharapkan klien akan cepat memulihkan keadaannya.

Tidak hanya sang klien saja yang perlu diperhatikan, keluarga dan kerabat pun harus di beri perhatian lebih juga. Sikap empati yang perawat berikan kepada keluarga dan kerabat, membantu psikis mereka yang khawatir terhadap klien yang sedang sakit. Karena isi dari perasaan mereka berbeda beda.

empathy

Contohnya, Nyonya Bella baru saja di diagnosa bahwa ia menderita kanker stadium akut dan ia harus melakukan operasi besar esok hari. Perasaan Nyonya Bella saat itu sangat kacau, ia merasa sangat sedih, marah dan sensitif. Ia selalu merenung memikirkan apa yang akan terjadi esok.

Sebagai seorang perawat, perawat wajib menunjukkan rasa empati dengan cara menanyakan keadaan klien. Mendengarkan dan melihat dari perspektif klien, namun tidak hanyut dalam suasana. Karena sesungguhnya klien hanya ingin di dengarkan dan ada seseorang yang berada di sampingnya. Empati merupakan jalan untuk mengkaji sesuatu yang lebih mendalam yang sedang dialami oleh seseorang.

Kemampuan empati seorang perawat harus disertai juga dengan keramahan kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan pasien.

Cara untuk mengembangkan rasa empati adalah dengarkan apa yang mereka dengar dan lihat apa yang mereka lihat.

 III.                Altruism (Altruisme)

Picture1

Altruisme adalah sikap mementingkan kepentingan dan kesejahteraan orang lain diatas kepentingan pribadi. Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu, seperti Tuhan, raja, organisasi khusus, seperti pemerintah, atau konsep abstrak, seperti patriotisme, dsb. Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.

Ada tiga komponen dlm altruisme, yaitu loving others, helping them doing their time of need, dan making sure that they are appreciated. Menurut Baston (2002) dalam (Carr, 2004), altruisme adalah respon yang menimbulkan positive feeling. Tindakan altruistik pastilah selalu bersifat konstruktif, membangun, memperkembangkan dan menumbuhkan kehidupan sesama.

Picture3

Dengan mengembangkan sikap altruisme, sikap dan kualitas pribadi kita tentu akan meningkat. Perhatian, komitmen, kasihan, kemurahan hati dan ketekunan merupakan komponen dari kualitas pribadi  kita.

Contohnya, ketika salah satu seorang teman Andi sedang tidak memiliki uang untuk pulang dan rumahnya sangat jauh untuk dijangkau bila berjalan, sedangkan rumah Andi dapat dijangkau dengan waktu 15 menit apabila berjalan dan masih memiliki sisa uang. Namun, sisa uang tersebut akan Andi pakai untuk membeli makan siang karena sejak pagi ia belum sempat sarapan. Jika Andi memiliki sikap altruisme, ia akan meminjamkan uang kepada temannya dengan ikhlas tanpa menyesalinya.

 

REFERENSI

Perry, P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wikipedia. 2013. Altruism. http://en.wikipedia.org/wiki/Altruism. 20 Desember 2013 (14.03)

Muhtadi, A. Pengembangan Empati Anak Sebagai Dasar Pendidikan Moral. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132280878/2.%20Pengembangan%20Empati%20Anak%20sebagai%20dasar%20pendidikan%20moral.pdf. 19 November 2013. (15.43)

Agresi dan Altruisme. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/agresi_dan_altruisme.pdf. 19 November 2013. (16.54)

Nn. 2013. Tingkah Laku Prososial. http://kenes.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26694/Materi+06+-+TingkahLakuPrososial+-+Bagian+1.pdf. 19 November 2013.  (17.40)

http://www.youtube.com